Budidaya Lobster |
Ada beberapa jenis lobster yang hidup di dunia. Secara garis besar, lobster dibedakan berdasarkan habitat aslinya, yaitu laut dan darat. Menurut Cuncun Setiawan, pehobi sekaligus peternak lobster hias, ada sekitar 500 jenis lobster air tawar.
Beberapa jenis lobster air tawar antara lain berasal dari keluarga Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae. Ketiga keluarga lobster air tawar itu tersebar di pelbagai daerah di dunia, mulai dari Australia, Selandia Baru, Papua, Amerika, Jepang, China, Madagaskar, dan Eropa. Sebagian besar lobster memiliki sifat kanibalisme yang menjadikan sesamanya makanan mereka.
Dari ratusan lobster air tawar itu, beberapa jenis di antaranya terkategorikan sebagai lobster hias.
“Di Indonesia ada sekitar 10 spesies lobster hias yang bisa ditemukan,” kata Cuncun.
Salah satu jenis lobster hias yang cukup populer ialah Cherax quadricarinatus atau di pasaran dikenal dengan nama red claw. Lobster jenis itu sangat mudah dibedakan dari jenis cherax lainnya yang banyak ditemui di Papua.
Nama quadricarinatus yang berasal dari bahasa Latin berarti empat buah lunas yang terlihat seperti garis di bagian kepala lobster. Red claw yang berasal dari Australia itu dapat membesar hingga ukuran panjang badannya mencapai 35 hingga 50 sentimeter dan berat lebih dari 500 gram. Disebut red claw karena pada lobster dewasa terdapat warna merah di capit bagian luar.
Selain sebagai lobster hias, red claw kerap dijadikan sebagai bahan makanan. Di tempat asalnya, lobster dengan warna dasar hijau cokelat itu merupakan makanan penduduk setempat.
Selain red claw, ada Procambarus clarkii yang berasal dari Amerika Utara, Lousiana, dan Delta Missisippi.
Umumnya tubuh lobster air tawar itu berwarna merah menyala sehingga kerap dinamakan red swap crayfish.
Red swap memunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas air. Karena itu, hewan tersebut sering kali dijumpai di perairan tawar maupun payau. Lobster yang satu itu memunyai sifat agresif, teritorial, dan rakus sehingga sering kali menjadi ancaman bagi hewan lain yang memanfaatkan sumber daya alam yang sama.
Pemerintah Australia melarang red swap masuk ke Australia karena takut hewan itu mengancam lobster-lobster lokal. Meski kebanyakan red swap berwarna merah, beberapa di antaranya ada pula yang tubuhnya berwarna putih dengan ukuran tubuh maksimal sekitar 20 sentimeter.
Salah satu lobster lokal asal dari Papua ialah Cherax lorentzi yang tubuhnya berwarna mencolok sehingga kerap dijadikan lobster penghias akuarium. Ukuran tubuh lobster dewasa mencapai 10 sampai 15 sentimeter. Hewan omnivora itu dikenal sebagai predator. Oleh karena itu, sebaiknya dipelihara sendirian atau di dalam akuarium yang memunyai banyak tempat persembunyian. Cherax lorentzi cocok hidup di habitat yang temperaturnya mencapai 22 sampai 28 derajat celcius.
Setiap tiga hari sekali, lobster yang satu itu biasa mengonsumsi makanan sebanyak 1 sampai 4 persen dari berat badan, bergantung pada tingkat aktivitasnya. Masih dari marga Cherax, ada lobster yang paling populer di antara 100 jenis lobster air tawar yang ada di Australia.
Lobster yang dikenal dengan nama cherax destructor itu memiliki wilayah penyebaran yang luas karena hewan itu memunyai kemampuan adaptasi yang tinggi.
Cherax destructor sanggup hidup di daerah dingin di danau-danau berair pegunungan bersalju dan daerah beriklim panas. Pada saat musim kering, lobster itu akan membuat lubang hingga kedalaman lima meter untuk bersembunyi. Sedangkan pada musim hujan, mereka keluar untuk mencari makan, memijah, dan bermigrasi. Uniknya, lobster itu dijuluki destructor (penghancur) karena sering menyebabkan kehancuran bendungan-bendungan setinggi dua meter.
Beberapa jenis lobster air tawar antara lain berasal dari keluarga Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae. Ketiga keluarga lobster air tawar itu tersebar di pelbagai daerah di dunia, mulai dari Australia, Selandia Baru, Papua, Amerika, Jepang, China, Madagaskar, dan Eropa. Sebagian besar lobster memiliki sifat kanibalisme yang menjadikan sesamanya makanan mereka.
Dari ratusan lobster air tawar itu, beberapa jenis di antaranya terkategorikan sebagai lobster hias.
“Di Indonesia ada sekitar 10 spesies lobster hias yang bisa ditemukan,” kata Cuncun.
Salah satu jenis lobster hias yang cukup populer ialah Cherax quadricarinatus atau di pasaran dikenal dengan nama red claw. Lobster jenis itu sangat mudah dibedakan dari jenis cherax lainnya yang banyak ditemui di Papua.
Nama quadricarinatus yang berasal dari bahasa Latin berarti empat buah lunas yang terlihat seperti garis di bagian kepala lobster. Red claw yang berasal dari Australia itu dapat membesar hingga ukuran panjang badannya mencapai 35 hingga 50 sentimeter dan berat lebih dari 500 gram. Disebut red claw karena pada lobster dewasa terdapat warna merah di capit bagian luar.
Selain sebagai lobster hias, red claw kerap dijadikan sebagai bahan makanan. Di tempat asalnya, lobster dengan warna dasar hijau cokelat itu merupakan makanan penduduk setempat.
Selain red claw, ada Procambarus clarkii yang berasal dari Amerika Utara, Lousiana, dan Delta Missisippi.
Umumnya tubuh lobster air tawar itu berwarna merah menyala sehingga kerap dinamakan red swap crayfish.
Red swap memunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas air. Karena itu, hewan tersebut sering kali dijumpai di perairan tawar maupun payau. Lobster yang satu itu memunyai sifat agresif, teritorial, dan rakus sehingga sering kali menjadi ancaman bagi hewan lain yang memanfaatkan sumber daya alam yang sama.
Pemerintah Australia melarang red swap masuk ke Australia karena takut hewan itu mengancam lobster-lobster lokal. Meski kebanyakan red swap berwarna merah, beberapa di antaranya ada pula yang tubuhnya berwarna putih dengan ukuran tubuh maksimal sekitar 20 sentimeter.
Salah satu lobster lokal asal dari Papua ialah Cherax lorentzi yang tubuhnya berwarna mencolok sehingga kerap dijadikan lobster penghias akuarium. Ukuran tubuh lobster dewasa mencapai 10 sampai 15 sentimeter. Hewan omnivora itu dikenal sebagai predator. Oleh karena itu, sebaiknya dipelihara sendirian atau di dalam akuarium yang memunyai banyak tempat persembunyian. Cherax lorentzi cocok hidup di habitat yang temperaturnya mencapai 22 sampai 28 derajat celcius.
Setiap tiga hari sekali, lobster yang satu itu biasa mengonsumsi makanan sebanyak 1 sampai 4 persen dari berat badan, bergantung pada tingkat aktivitasnya. Masih dari marga Cherax, ada lobster yang paling populer di antara 100 jenis lobster air tawar yang ada di Australia.
Lobster yang dikenal dengan nama cherax destructor itu memiliki wilayah penyebaran yang luas karena hewan itu memunyai kemampuan adaptasi yang tinggi.
Cherax destructor sanggup hidup di daerah dingin di danau-danau berair pegunungan bersalju dan daerah beriklim panas. Pada saat musim kering, lobster itu akan membuat lubang hingga kedalaman lima meter untuk bersembunyi. Sedangkan pada musim hujan, mereka keluar untuk mencari makan, memijah, dan bermigrasi. Uniknya, lobster itu dijuluki destructor (penghancur) karena sering menyebabkan kehancuran bendungan-bendungan setinggi dua meter.
By. Budidaya Lobster
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar