Budidaya Gurame |
Ada gurame gelap ada gurame terang. Keduanya dibudidayakan di Sumatera Barat, setidaknya di Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten 50 Koto, meskipun gurame terang (putih/kekuningan/kemerahan) lebih identik disebut gurame Padang. Yang sangat menarik dan perlu penelitian lanjut adalah informasi keberadaan kedua gurame tersebut di alam. Setidaknya, hal itu dapat digunakan untuk menelusuri akar pengembangan gurame di Sumatera Barat.
Bila sejarah tercatat tidak tersedia, maka penelusuran berdasarkan cerita lebih logis dilakukan. Dan untuk memperkuat cerita tersebut, suatu pendekatan terhadap ketersediaan gurame alam perlu silakukan. Langkah itulah yang kemudian diambil ketika menjejakan kaki di Tanah Minang demi menelusuri dan mengkoleksi plasma nutfah gurame Padang.
Ada dua sentra budidaya gurame: Kabupaten Padang Pariaman yang meliputi daerah sungai asam, kiambang, lubuk pandan, pakandangan, koto mambang dan sungai kacian; dan Kabupaten 50 koto yang meliputi andaleh dan muko termasuk Kota Payakumbuh. Di Padang Pariaman, dengan dukungan iklim yang hangat, proses produksi relatif tinggi. Salah satu pengumpul di kiambang bisa mengirimkan sekitar 500 kg/minggu ikan ukuran konsumsi dan sekitar 20.000 ekor/minggu benih ukuran 1.5 inchi. Padahal ada sekitar 10 pengumpul di daerah tersebut. Selain untuk Sumatera Barat, ikan juga dikirim ke Riau, Jambi dan Sumatera Utara. Sementara di 50 Koto, proses produksi benih nampaknya lebih mendominasi dan dikirim ke daerah tujuan yang sama dengan dari Padang Pariaman.
Dengan proses produksi yang lebih tinggi dan relatif mapan, ada pernyataan bahwa Padang Pariaman merupakan cikal bakal pengembangan gurame di Sumatera Barat. Namun nampaknya, klaim tersebut tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya alami, setidaknya tidak ditemukan adanya sungai besar yang dapat diasumsikan memasok ikan pada masa awal budidaya.
Yang berbeda dengan kondisi tersebut justru ditemukan di 50 Koto. Menurut tutur masyarakat, hingga saat ini masih ditemukan ikan gurame di Sungai yang dapat diduga sebagai wild type. Bahkan, klaim tersebut diperkuat oleh adanya keturunan ‘DATUK MALIKAN’, yang menurut Kepala Dinas Perikanan Kabupaten 50 Koto, diyakini sebagai datuk yang mengawali kegiatan budidaya ikan. Namun yang cukup mengherankan, klaim keberadaan gurame di alam sangat meyakinkan ketika disebut gurame hitam dan nampak agak meragukan ketika disebut gurame putih….. Lebih lanjut, pada daerah aliran sungai atau yang berdekatan dengan daerah 50 Koto, sebut saja Sungai Batang Hari di Jambi dan Sungai Kampar di Riau, banyak ditemukan gurame hitam tetapi belum ada informasi ditemukannya gurame putih. Yang juga cukup mengherankan, tapi mesti dipastikan lebih lanjut, garis gurame putih sudah biasa dikawinkan dengan garis gurame gelap. Tapi, menurut tutur masyarakat dan sedikit bukti yang sempat dilihat, perkawinan tersebut tetap dapat mempertahankan kedua garis gurame terang dan gelap tanpa menyebabkan warna campuran (putih dengan bercak hitam). Hal ini berbeda dengan keberadaan banyak gurame putih bercak hitam di Pulau Jawa.
Dengan beragam kondisi tersebut nampaknya ada keunikan dari keberadaan gurame terang di Padang. Sangat mungkin, gurame Padang ini bukan merupakan wild type, tapi merupakan turunan dari ikan yang mengalami mutasi, mungkin akibat budidaya atau faktor lainnya. Hal seperti ini, seperti ditemukan dengan adanya gurame kumpay di daerah Tasikmalaya. Kemungkinan lain, ikan ini merupakan salah satu introduksi dari negara lain, meskipun asumsi ini sangat lemah karena belum ada laporan negara lain memiliki gurame seperti ini.
By. Budidaya Gurame
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar